Rating: Not rated
Tags: Philosophy, Religious, Lang:in
Publisher: Bentang Pustaka
Published: February 26, 2018
Added: September 2, 2019
Modified: September 7, 2019
Summary
Sigit Purwadi's
Library - Di sebuah pesantren, ada dua
orang kiai yang berdebat tentang hukum kesenian. Salah
seorang dari mereka bersikeras bahwa kesenian itu syirik,
bahkan haram. Para santri menyaksikan perdebatan itu dengan
hati berdebar. Dari kejauhan, terdengar suara musik dari
loudspeaker. Kiai yang saya kisahkan itu mulai meledak-ledak
dan menyebut seni itu haram, tetapi kedua kakinya
bergerak-gerak mengikuti irama musik dari kejauhan.Para
santri melihat bahwa kaki beliau itu bukan bergerak
menggeleng-geleng, melainkan mengangguk-angguk. Maka, kami
tiru anggukan ritmis kaki Pak Kiai itu sebab gerak kaki
beliau lebih merupakan ungkapan batinnya dibanding
lisannya.Melalui buku ini, Emha Ainun Nadjib, menguliti
dalam-dalam perkara kemusliman "birokrasi". Ketaatan yang
penuh rasa "takut pada atasan", bukan kecintaan dan
pengabdian pada Tuhan. Semua kemudian berputar pada surga dan
neraka, halal dan haram, pahala dan dosa. Detail-detail
ritual yang malah memicu perbedaan pendapat antar-umat, serta
dengan gampang mengkafirkan orang lain. Dalam kegelisahannya,
Emha seolah berbicara pada naluri kita dan berkata, "Apa
tidak malu kita kepada-Nya, pada akal dan perasaan kita
sendiri?"
[Mizan, Bentang, Sosial, Budaya,
Remaja, Indonesia]Spesial Bentang Emha